Green Steel di Indonesia: Mewujudkan Keberlanjutan dalam Industri Baja
Sumber: PT Gunung Raja Paksi Tbk, PT Krakatau Posco
Industri baja merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia yang memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu inovasi terkini yang tengah menjadi fokus utama adalah produksi baja ramah lingkungan, atau yang dikenal dengan istilah green steel. Konsep green steel mengacu pada penggunaan sumber daya dan proses produksi yang lebih bersih, serta berkurangnya emisi karbon yang dihasilkan selama proses pembuatan baja. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai green steel, Anda dapat mengunjungi tautan berikut Green Steel: Status Saat Ini dan Prospek di Masa Depan.
Indonesia tidak ketinggalan dalam upaya mencapai standar green steel ini. Salah satu perusahaan baja dalam negeri yang telah menunjukkan komitmen serius dalam hal ini adalah PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP). GRP berhasil memperoleh sertifikat Green Label Indonesia yang merupakan ecolabel tipe I yang mengikuti proses penyusunan berdasarkan ISO 12024, dari Green Product Council Indonesia (GPCI), sebagai pengakuan atas upaya dalam mengadopsi praktik ramah lingkungan dalam proses produksi baja. Sertifikasi tersebut mencakup penilaian komprehensif terhadap kualitas produk, efisiensi dalam konsumsi energi dan air, penerapan sistem manajemen lingkungan berkelanjutan, serta pengelolaan limbah yang baik. Sertifikat tersebut diberikan atas penilaian menyeluruh dari proses produksi hingga produk jadi yang mencakup 10 produk baja unggulan, yaitu hot rolled plate, hot rolled coil, coil plate, cold rolled coil, steel pipe galvanize, carbon steel pipe, carbon steel square pipe, H-beam, WF-beam, dan U channel.
Selain sertifikat Green Label Indonesia, GRP juga telah memperoleh sertifikat Environmental Product Declaration (EPD). Pada 2022, GRP memperoleh EPD untuk pasar Australia dan New Zealand dengan produk structural steel welded I-section, hot rolled sheet coil plate, dan hot rolled plate. Diikuti EPD untuk pasar Amerika Serikat pada 2023 dengan produk hot rolled coil & sheet, hot rolled structural steel shapes, dan hot rolled plate. EPD merupakan Label Lingkungan Tipe III, yang menunjukan kinerja lingkungan produk baja sepanjang daur hidupnya. Dokumen EPD dibuat berdasarkan metode Life Cycle Assessment (LCA) sesuai dengan ISO 14040:2006, ISO 14044:2006, dan Standar EN 15804:2012+A2:2019.
Selain sertifikasi, GRP juga telah meresmikan proyek PLTS Atap (Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap) tahap 2 yang dipasang di area operasional perusahaan, sebagai langkah konkret menuju net zero emission. PLTS Atap tahap 2 ini memiliki kapasitas sebesar 8,4 MWp, sementara tahap 1 memiliki kapasitas sebesar 0,9 MWp. Sehingga total kapasitas listrik terpasang dari energi surya yang berasal dari PLTS Atap GRP mencapai 9,3 MWp, menjadikannya salah satu PLTS Atap terbesar di Jawa Barat. GRP menargetkan total kapasitas PLTS Atap terpasang sebesar 33 MWp, yang rencananya selesai pada tahun 2025 dengan harapan dapat mengurangi emisi karbon sekitar 47.400 ton per tahun. Dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, PLTS Atap ini dilengkapi sejumlah sensor untuk memantau radiasi, temperatur, kecepatan angin dan suhu sekitar. Selain itu, sistem juga akan bekerja dengan pemantauan jarak jauh dengan mengirimkan data analisis performa dengan menampilkan jejak karbon.
Sebagai kelanjutan dari upaya untuk mengurangi emisi karbon, GRP berencana untuk beralih dari penggunaan gas alam ke hidrogen ramah lingkungan. Inisiatif ini didukung pemerintah Indonesia dan Australia melalui sebuah studi kelayakan teknis yang dilakukan Katalis, program pengembangan bisnis bilateral bentukan kedua pemerintah. Studi kelayakan teknis ini dituangkan dalam nota kesepahaman GRP dan Fortescue yang ditandatangani pada acara KTT B20 di Bali pada bulan November 2022. Sesuai MoU, kedua pihak sepakat menyelidiki peran hidrogen dan amonia ramah lingkungan yang dipasok oleh Fortescue dalam upaya dekarbonisasi pada pabrik baja GRP.
Sebelumnya, GRP telah meluncurkan Buku Panduan Strategi ESG yang berisi langkah-langkah kunci menuju produksi baja yang berkelanjutan. Langkah-langkah ini sejalan dengan standar internasional seperti Sustainable Development Goals (SDGs), Global Reporting Initiative (GRI), dan ResponsibleSteel Principles. GRP juga telah meluncurkan Net Zero roadmap sebagai rencana aksi perusahaan untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050.
Selain GRP, PT Krakatau Posco (PTKP) juga berperan penting dalam industri baja Indonesia dengan langkah besar menuju produksi green steel. PTKP saat ini telah mampu mensuplai produk untuk aplikasi energi terbarukan dan produk ramah lingkungan. Produk unggulan PTKP telah digunakan sebagai material konstruksi tiang Pembangkit Listrik Tenaga Angin di beberapa negara, ini merupakan kontribusi nyata dalam meningkatkan bauran energi terbarukan di planet ini. Produk unggulan PTKP lainnya adalah baja tahan karat dan cuaca yang digunakan sebagai material konstruksi eksterior dinding istana kepresidenan Republik Indonesia di Ibu Kota Nusantara, material ini tidak memerlukan pelapisan tambahan sehingga mengurangi emisi karbon yang terkandung dalam cat. Selain itu, slag sebagai salah satu produk samping PTKP telah dimanfaatkan secara luas sebagai material yang ramah lingkungan pengganti semen. Dari sisi manajemen mutu, PTKP memiliki standar yang tinggi dalam mengelolaan lingkungan yang tercermin dalam kepatuhan ISO 14001: 2015, serta perolehan PROPER HIJAU dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai satu-satunya industri baja di Indonesia yang telah mencapai kiteria tersebut. Selanjutnya, PTKP telah berkomitmen untuk mencapai target net zero emission dan sedang mengembangkan teknologi green steel melalui berbagai langkah Jangka Pendek, Jangka Menengah, dan Jangka Panjang.
Pada pertengahan tahun 2023, PTKP telah membentuk Task Force on Carbon Border-Adjustment Mechanism (CBAM TFT) untuk mengantisipasi potensi dampak penerapan kebijakan CBAM terhadap aktivitas ekspor ke regional Uni Eropa. Saat ini kebijakan CBAM telah memasuki masa transisi dan akan berlaku efektif pada tahun 2026, dampak penerapan tarif karbon saat ini dirasa sangat memberatkan industri baja dalam negeri. Melalui TFT tersebut, PTKP berpartisipasi aktif mengomunikasikan kesiapan industri baja dan dampak penerapan kebijakan CBAM ke berbagai instansi pemerintah bersama dengan IISIA. Melalui pendekatan ini, diharapkan masing-masing instansi pemerintah yang beririsan baik dengan industri baja dalam negeri maupun memiliki hubungan multilateral dengan Uni Eropa dapat memiliki perspektif yang sama untuk melindungi industri baja dalam negeri dari dampak kebijakan tarif karbon yang akan diterapkan oleh negara lain.
Dalam Jangka Pendek, PTKP telah menerapkan beberapa langkah, antara lain: (1) Mengoptimalkan proses pembuatan baja melalui teknologi kecerdasan buatan (AI), (2) Meningkatkan efisiensi energi, serta (3) Meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan. Berbagai upaya efisiensi energi yang dilakukan oleh PTKP antara lain mencegah dan mengurangi kebocoran uap, penghematan energi di bangunan kantor, menggantikan penggunaan LPG menjadi gas alam, serta mengoptimalkan konsumsi bahan bakar di reheating furnaces dan fasilitas lainnya. Sebagai industri baja terintegrasi, PTKP melaksanakan penggunaan enegi secara efisien dengan memanfaatkan gas produk samping (by-product gases) dan gas buang (waste gases) sebagai energi baru, antara lain Power plant (PT Krakatau Posco Energy) yang memanfaatkan by-product gas menjadi listrik dan steam, TRT (Top Recovery Turbine) Technology yang mengonversikan energi dari Blast Furnace Gas berterkanan tinggi menjadi listrik, serta Waste Heat Boiler Technology memanfaatkan waste heat untuk menghasilkan steam. PTKP juga melakukan pemasangan solar panel di office Hot Rolling Plant sebagai zero carbon office di Indonesia. Pada IBF 2023, PTKP menandatangani MoU dengan PT Krakatau Chandra Energi untuk jual beli energi yang dihasilkan oleh panel surya yang akan dipasang di atap Hot Rolling Plant dengan kapasitas 1.242 MWp. Langkah ini strategis dalam mengurangi ketergantungan pada sumber energi dengan emisi karbon tinggi. Instalasi panel surya tersebut diharapkan mampu menghasilkan listrik sebesar 1.6 MWh per tahun. PLTS atap diharapkan mampu mereduksi emisi karbon sebesar 1.4 kiloton CO2 per tahun. Berbagai upaya Jangka Pendek ini secara keseluruhan telah berhasil menekan emisi karbon sebesar 1.2 juta ton CO2 per tahun.
Dalam Jangka Menengah, PTKP berencana menerapkan beberapa langkah, antara lain (1) Peningkatan penggunaan scraps dengan menurunkan hot metal ratios (HMR) di proses BOF hingga 70%, (2) Pemanfaatan teknologi carbon capture dan dimanfaatkan sebagai produk kimia sekaligus mencari ketersediaan teknologi penyimpanan CO2 yang aman dan terjangkau, serta meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan, serta (3) Penginjeksian coke oven gas (COG), yang kaya akan hidrogen ke Blast Furnace. Dan potensi memanfaatkan hidrogen dari proses reformasi natural gas atau blue hydrogen sebagai reduktor di iron making process. Proyek Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) bertujuan untuk menangkap dan menyimpan emisi karbon yang dihasilkan dari pabrik baja. Dalam Acara IISIA Business Forum 2023, POSCO Research Institute telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Perindustrian untuk melakukan pengembangan bersama mengenai potensi penerapan teknologi CCUS di Indonesia.
Dalam Jangka Panjang, PTKP juga tengah mengembangkan proyek HyREX bersama POSCO, di mana proses reduksi bijih besi akan beralih dari menggunakan batubara menjadi hidrogen. Hal yang membedakan HyREX dengan teknologi pembuatan besi saat ini adalah (1) Karakteristik unik dari teknologi fluidized bed yang memungkinkan kami untuk menggunakan bijih besi halus tanpa harus melalui proses aglomerasi tambahan. (2) HyREX melewati proses peletisasi, sehingga membantu menurunkan biaya produksi dan emisi CO2 serta tungku peleburan listrik dari proses HyREX mampu mengambil H2 DRI yang terbuat dari bijih besi kadar rendah, serta (3) reaktor fluidized bed HyREX dibangun dalam beberapa urutan yang memungkinkan kontrol suhu yang efektif untuk setiap reaktor. Ini adalah inovasi besar yang akan mengurangi emisi karbon untuk mendukung upaya dalam mengatasi pemanasan global.
Dengan langkah-langkah konkret yang diambil oleh perusahaan-perusahaan baja di Indonesia, harapan untuk mewujudkan industri baja yang lebih ramah lingkungan semakin mendekati kenyataan. Ini bukan hanya tentang memenuhi tuntutan regulasi, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan yang lebih luas, serta peluang untuk memperkuat posisi Indonesia dalam persaingan global melalui inovasi dan keberlanjutan.