World Steel Association telah memproyeksikan bahwa permintaan baja global pada tahun 2023 akan tumbuh setidaknya 1,1%, mencapai sekitar 1,8 miliar ton. Sementara itu, permintaan industri baja tahun 2023 di kawasan ASEAN diperkirakan mencapai 77,9 juta ton, meningkat sebesar 3,5 juta ton dari permintaan tahun 2022 sebesar 74,4 juta ton.
Indonesia telah lama menjadi target pasar bagi produsen baja dari berbagai negara seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, India, Taiwan, serta negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Sepanjang tahun 2015-2021, tercatat nilai volume impor produk baja rata-rata mencapai 50% dari konsumsi baja nasional.
Dalam setahun invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022, harga baja telah mengalami kondisi naik turun dari level puncak ke level terendah. Pemberlakuan sanksi serta keterbatasan pasokan sempat mengakibatkan keuntungan perusahaan-perusahaan baja melonjak drastis.
Neraca perdagangan produk baja, khususnya untuk flat dan long product, kembali menunjukkan tren positif. Meskipun tidak setinggi tahun sebelumnya yang mencapai USD2,2 milyar, neraca pada tahun 2022 ditutup dengan nilai USD1,3 milyar atau turun 40%.
IISIA menyelenggarakan kegiatan SEAISI Travelling Seminar pada tanggal 20 Maret 2023 bertempat di Hotel Mercure Gatot Subroto, Jakarta. Kegiatan seminar sehari yang mengusung tema “Value Creation Through Green Steel Technology Towards Sustainable Steel Industry” ini dibuka oleh Setiawan Surakusumah sebagai Direktur Komite Strategi Industri dan Teknologi IISIA
The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) mengapresiasi langkah tegas yang dilakukan oleh pemerintah melalui Menteri Perdagangan yang mengajukan permintaan konsultasi dengan WTO untuk melawan Uni Eropa (UE) yang telah memberlakukan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) dan Countervailing Duty/Bea Masuk Imbalan (BMI) atas impor Baja Tahan Karat Canai Dingin (Cold Rolled Stainless Steel) asal Indonesia.