Peningkatan Kesiapan Industri Baja Nasional untuk Proyek Migas
Sumber: IISIA, IAFMI
Pada 13 Agustus 2024, telah diadakan pertemuan antara Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), yang diwakili oleh Direktur Eksekutif IISIA, Widodo Setiadharmaji, bersama staf IISIA Roy Bogar, Rizka Prilia, dan Zeni Nugi, serta Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi (IAFMI), yang diwakili oleh Corina Permatasari, Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Industri Dalam Negeri dan Sumber Daya Pendukung dan Tim. Pada pertemuan tersebut dibahas persiapan Bisnis Forum Fasilitas Produksi Migas tahun 2024 yang direncanakan akan digelar pada 28 Agustus 2024 dengan tema "Kesiapan Industri Penunjang Indonesia untuk Proyek Minyak & Gas Mendatang”. Tema tersebut dipilih karena relevansi yang tinggi dengan situasi saat ini di sektor migas, di mana banyak proyek besar akan berjalan dalam lima tahun ke depan.
Forum yang digagas oleh IAFMI ini dirancang untuk mengeksplorasi bagaimana industri penunjang di Indonesia dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan proyek-proyek migas yang sedang berkembang. Salah satu isu utama yang telah diidentifikasi IAFMI adalah terbatasnya jumlah perusahaan dalam negeri yang memiliki kemampuan finansial, teknologi, sumber daya manusia, dan peralatan yang diperlukan untuk proyek-proyek migas. Kondisi ini menyebabkan perusahaan dalam negeri tidak dapat mengambil porsi maksimal dalam proyek-proyek utama, karena kapasitas yang dianggap belum dapat memenuhi kebutuhan para kontraktor.
Dalam pertemuan, IISIA menegaskan bahwa industri baja nasional, terutama produsen pipa, sebenarnya memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sektor migas. Namun, tantangan utamanya adalah kurangnya komunikasi dan koordinasi yang efektif antara kontraktor dan industri baja nasional. Akibatnya, meskipun produk baja yang dibutuhkan tersedia di dalam negeri, banyak kontraktor tidak mengetahuinya sehingga mencari alternatif lain yaitu melakukan impor. Disisi lain untuk melakukan importasi besi dan baja tentu membutuhkan waktu, karena perlu mendapatkan rekomendasi terlebih dahulu dari Kementerian terkait dan tentunya akan kembali lagi ke asosiasi untuk pengecekan ketersediaan dan pemenuhan spesifikasi material terkait dengan ketersediaan besi dan baja dalam negeri, sehingga ini membutuhkan waktu untuk pemrosesannya.
IISIA menyampaikan informasi bahwa pemerintah telah memiliki program untuk menyusun Neraca Komoditas. Neraca komoditas ini dapat menjadi jembatan komunikasi yang selama ini belum terbentuk dan akan berfungsi sebagai database yang memuat informasi lengkap tentang kebutuhan kontraktor terhadap produk baja dan kemampuan produksi dari industri baja nasional. Dengan adanya Neraca Komoditas ini, kontraktor dapat lebih mudah menemukan produk dengan spesifikasi tertentu yang dapat diproduksi di dalam negeri. Jika berdasarkan Neraca Komoditas produk yang dibutuhkan tidak dapat diproduksi di dalam negeri, maka persetujuan impor dapat dilakukan secara lebih cepat dan fleksibel. Selanjutnya, Neraca Komoditas akan mempermudah proyek-proyek migas yang dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Salah satu masalah yang dihadapi saat ini adalah sulitnya memenuhi TKDN karena keterbatasan dan akurasi informasi terkait produk yang tersedia di dalam negeri. Dengan adanya Neraca Komoditas, masalah ini bisa diatasi, sehingga proyek dapat berjalan lebih lancar dan tetap sesuai dengan peraturan.
Bisnis Forum Fasilitas Produksi Migas 2024 diharapkan tidak hanya menjadi tempat diskusi, tetapi juga sebagai platform untuk membangun jaringan komunikasi yang lebih kuat antara pemilik proyek, kontraktor, dan regulator. Kolaborasi yang lebih baik di antara pihak-pihak ini sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing industri penunjang migas dalam negeri dan memastikan bahwa Indonesia dapat memaksimalkan potensi ekonominya di sektor ini. Forum ini diharapkan dapat menghasilkan strategi konkret yang tidak hanya mengatasi tantangan saat ini, tetapi juga mempersiapkan industri penunjang dalam negeri, termasuk industri baja, untuk berperan lebih besar dalam proyek-proyek migas mendatang, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi perekonomian nasional.
***