Pemulihan Ekonomi Tiongkok setelah Pandemi COVID-19
Sumber: SEASI, IISIA
Perekonomian Tiongkok telah menunjukkan geliat pemulihan yang sangat cepat setelah hantaman pandemi COVID-19 yang ditandai oleh meningkatnya berbagai kegiatan ekspor dan impor berbagai komoditas perdagangan. Data pertengahan Oktober menunjukkan bahwa volume ekspor berbagai komoditas Tiongkok meningkat 9,9% dibandingkan tahun lalu, dimana pada bulan Agustus Tiongkok juga telah mencatatkan kenaikan volume ekspor sebesar 9,5%. Aktivitas pabrik Tiongkok mulai meningkat dengan dibukanya kembali perdagangan internasional secara bertahap. Ketika para pesaing tengah bergulat dengan masih rendahnya produksi, Tiongkok dengan sigap merebut pangsa pasar saat ekonomi dunia mulai berjalan.
Walaupun permintaan untuk produk-produk terkait COVID-19 telah berkurang, volume ekspor ke luar negeri tetap tinggi karena adanya pemulihan permintaan yang lebih luas untuk berbagai jenis barang konsumen buatan Tiongkok. Beberapa analis juga memperkirakan aktivitas ekspor ini akan mencapai puncak ketika permintaan alat pelindung untuk penangangan COVID-19 buatan Tiongkok menurun, yang dibarengi dengan surutnya efek dari pandemi tersebut pada kegiatan ekonomi di berbagai wilayah dunia.
Salah satu contoh peningkatan kegiatan ekspor Tiongkok adalah naiknya permintaan hot rolled coil (HRC) ke Vietnam. Tingginya permintaan atas produk HRC mengakibatkan kenaikan harga sebesar 5-10 dolar per ton karena peningkatan optimisme di kalangan pemasok. Penawaran untuk HRC naik menjadi minimum 525 dolar per ton CFR (cost and freight) Vietnam untuk HRC jenis SS400. Sementara itu, selama pekan kedua bulan Oktober 2020, permintaan SAE 1006 HRC sebanyak 10.000 ton dengan ketebalan 2 mm dari Tiongkok juga ditutup pada 525-530 dolar per ton CFR Vietnam.
Di sisi lain, volume impor berbagai jenis produk ke Tiongkok juga meningkat sangat cepat di bulan September, sebagai imbas dicabutnya pembatasan kegiatan ekonomi di berbagai negara yang terdampak virus corona. Kegiatan impor Tiongkok naik hingga 13,2% pada bulan September, atau mengalami rebound dari penurunan sebesar 2,1% pada bulan Agustus. Data bea cukai menunjukkan bahwa pada bulan September, Tiongkok banyak mengimpor kedelai, biji-bijian, semikonduktor, produk tembaga dan baja. Tren impor ini diprediksi masih akan berlanjut dikarenakan adanya penguatan permintaan domestik. Tingginya pembelian produk pertanian dan energi, terutama dari Amerika Serikat (AS), disebabkan oleh tercapainya kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok Fase 1. Selain itu, dimulainya kembali layanan logistik di AS dan Eropa juga berkontribusi pada penguatan impor Tiongkok.
Pulihnya kegiatan ekonomi Tiongkok dari pandemi COVID-19 ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah yang cukup besar. Pemerintah Tiongkok memberikan paket stimulus ekonomi senilai USD 500 milyar pada bulan Mei 2020 yang berfokus pada investasi. Proyeksi International Monetary Fund (IMF) pada 13 Oktober 2020 menyebutkan bahwa perekonomian Tiongkok akan tumbuh sebesar 1,9% dan 8,2% pada tahun 2020 dan 2021. Sementara itu, SteelHome, salah satu lembaga pemikir Tiongkok, memproyeksikan pertumbuhan konsumsi baja Tiongkok akan meningkat 7,7% pada tahun 2020 dan 0,8% pada tahun 2021. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh berbagai proyek infrastruktur pemerintah yang mulai dilaksanakan pada tahun 2020. (AS/DH/WS)